Keluarga, Sekolah Kejujuran Pertama
By Arda Sitepu - Tuesday, September 20, 2016
[
KELUARGA ADALAH SEKOLAH KEJUJURAN PERTAMA ]
Keluarga merupakan sekolah
pertama dalam kehidupan. Orang tua adalah tenaga pengajar yang dapat ditemui
setiap saat.
Bagaimana perilaku seorang anak
kelak merupakan tanggung jawab awal dari orang tua. Oleh karena itu, peran keluarga menjadi sangat penting dalam menentukan kemajuan
sebuah bangsa.
Anak-anak akan bertumbuh
menjadi dewasa dan akan memimpin Negara ini melalui sektor-sektor yang ada. Namun, akan menjadi kacau apabila peran
keluarga tidak maksimal dalam membimbing anak dengan baik.
Nilai-nilai dasar sudah
sepatutnya diperkenalkan di tengah keluarga. Salah satu nilai yang harus ditanamkan
sedini mungkin adalah KEJUJURAN.
Kejujuran merupakan modal dasar
tumbuh kembang anak untuk dapat berperilaku baik di masa yang akan datang.
Ketika anak setiap hari diberi stimulus tentang kejujuran, maka lama-kelamaan
kejujuran akan menjadi sebuah karakter seorang anak.
Bentuk-bentuk stimulus kejujuran kecil yang ditanamkan pada anak adalah:
1. Mendorong anak untuk mempersiapkan ujian dengan baik, sehingga pada saat ujian anak tidak berusaha untuk menyontek.
2. Saling terbuka kepada anak sehingga mengerti kebutuhan dan masalah yang dihadapi sang anak sehingga anak tidak melakukan kecurangan/kebohongan.
3. Menjadi patner anak dalam setiap waktu agar anak tidak merasa sendiri dalam memecahkan sebuah masalah atau mencari jalan lain yang negatif.
4. Mendorong anak untuk belajar berbagi dan peka terhadap lingkungan sekitar.
5. Sedini mungkin anak dapat mengetahui mana yang benar dan mana yang tidak patut untuk dilakukan.
Saya adalah seorang Ibu yang
berusaha mengajarkan kejujuran kecil kepada keluarga dan anak-anak saya. Hal
ini bertujuan agar kelak, anak saya menjadi pribadi yang jujur dan mampu
menjadi salah satu pemimpin jujur di Negara ini.
[
KORBAN KETIDAKJUJURAN ]
Hampir setiap saat saya mengajarkan
tentang kejujuran pada si kecil. Dimulai dari bertanya apakah sudah sering minum
atau belum? Menanyakan di mana letak mainannya? Dll.
Berharap si kecil menjadi
pribadi yang jujur dalam bidang yang kelak ia geluti. Serta tidak mengorbankan
orang lain dari ketidakjujuran yang terjadi.
Hal ini berawal saat
ketidakjujuran menimpa saya selaku orang yang selalu berusaha untuk jujur.
Cerita ini tepatnya di tahun 2014 lalu, saat saya mengikuti test Calon Pegawai Negeri
Sipil di daerah saya.
Berdasarkan pengajaran orang
tua bahwa persiapan yang matang akan menjadikan pemenang dalam test apapun. Di samping
itu, orang tua saya selalu berpesan agar berusaha jujur dalam mengikuti ujian.
Untuk test lokal hanya 2 (dua)
orang yang lulus verifikasi. Jadi, saingan saya hanya 1 (satu) orang. Ujian
Calon Pegawai Negeri Sipil pun dijalani. Berdasarkan hasil keputusan Pusat (Kementrian
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi) bahwa saya menjadi
pemenang dalam Ujian CPNS tersebut.
Nilai yang saya miliki terpaut
jauh dengan peserta ujian lainnya. Namun,
pemerintah daerah melakukan ujian kedua. Di mana ujian kedua ini seharusnya
tidak dapat dilaksanakan kembali berdasarkan Surat Edaran MENPAN-RB No.B/5466/M/PAN-RB/12/2014. Dalam hal ini, pemerintah daerah sudah melanggar ketentuan.
Kembali dengan hati ikhlas
harus mengikuti kembali ujian dari daerah. Menurut panitia BKD (Badan
Kepegawaian Daerah) bahwa hasil ujian akan langsung diumumkan pada hari yang
sama. Namun, ketidakjujuran dimulai
saat pengumuman ujian dilakukan hampir 4 (empat) bulan kemudian.
Setelah harap cemas dalam
penantian, sudah terdengar berita tentang penyuapan/sogokan untuk menjadi seorang CPNS
harus menyediakan dana sebesar Rp250 Juta. Sebagai orang yang selalu
berpegangan pada kejujuran, saya selalu berusaha untuk tenang dan menanti hasil
pengumuman.
Saat pengumuman melalui website
pemerintah kabupaten, ternyata yang menjadi pemenang ujian CPNS adalah saingan
yang nilai awal terpaut sangat jauh dari saya. Di ujian daerah dia memenangkan
ujian dengan nilai yang tidak rasional.
Saat itu, saya hanya bisa
mengelus dada dan menarik nafas dalam-dalam. Tetap berkomitmen dalam hati bahwa
kejujuran
tidak dapat dibeli dengan apapun bahkan dengan sebuah jabatan yang dinamakan
Pegawai Negeri Sipil. Kelak saya akan bangga berkata pada anak saya
bahwa AKU ANAK JUJUR.
Oleh
karena itu, saya terus mengajarkan kepada anak-anak, ketika kejujuran
sudah melekat menjadi karakter maka kejujuran tidak dapat dibeli dengan apapun.
Dewasa
ini,
kejujuran menjadi barang langka. Kasus suap menjadi hal yang tidak tabu lagi
untuk dipertontonkan. Banyak orang yang sudah terlibat dalam lingkaran
tersebut. Sebagai orang yang takut akan Pencipta, saya tetap berusaha menegakkan
kejujuran karena hanya dengan kejujuran Negara ini akan menjadi jauh lebih
baik.
Hal kecil yang saya lakukan
dengan bersikap jujur dalam ujian CPNS, tidak melakukan suap, tidak melakukan
kecurangan dalam ujian, saya yakin akan berdampak besar buat bangsa ini.
Dimulai dari contoh yang saya ajarkan kepada anak-anak saya.
Alangkah indahnya, ketika
setiap keluarga menanamkan nilai kejujuran pada anak-anaknya. Sehingga akan
menjadi efek domino yang baik untuk bibit-bibit bangsa di masa yang akan
datang.
[
SAYA JUJUR, ANAK-ANAK SAYA PUN! ]
Tugas terberat yang dihadapi
saat ini adalah bukan membuktikan ketidakjujuran seseorang, akan tetapi bagaimana
meneruskan generasi jujur di dalam keluarga.
Saat si kecil berumur 1,5
tahun, saya sudah mengajarkan tentang berbagi. Ketika umurnya terus bertambah,
saya mengajarkan bagaimana dia tulus dan jujur dalam bersikap.
Suatu kali, si kecil pernah
mengambil mainan temannya. Dengan nada lembut dan penuh kasih, saya bertanya siapa
pemilik mainan tersebut? Akhirnya si kecil jujur dan mengembalikan mainan tersebut.
Dengan kejujuran kecil kita
dapat mengubah bangsa yang besar. Mari mendidik anak kita dengan kejujuran agar
kelak bukan menjadi salah satu pelaku ketidakjujuran di negeri ini.
Salam
kejujuran,
Mama
Kinata
2 comments
Paling tidak kita tidak terjebak untuk tidak jujur mbak, bila PNS diterima karena nyogok...seluruh uang hasil kerjanya jadi haram karena awalnya sudah haram...begitu kata orang-orang.. :)
ReplyDeleteTerima kasih Mba.... setuju banget :)
DeleteDear All,
Terima kasih sudah meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. ^_^