Ring of Fire Adventure (RoFA), siapa
yang tidak kenal dengan program televisi yang satu ini. Saat membuka channel Kompas TV setiap Sabtu pukul 21.00 WIB, maka setiap mata akan dimanjakan
dengan keindahan alam dari Timur Indonesia.
Penjelajahan dikemas dalam
bentuk dokumenter, kegiatan faktual yang meliput sejarah, budaya, tradisi,
unsur-unsur kemanusiaan dan keindahan alam Indonesia. Ekspedisi ini di pandu
oleh Youk Tanzil dengan anak-anaknya
yang memperkenalkan betapa kaya-nya wilayah Timur Indonesia.
Bagi saya seorang penikmat
tontonan Kompas TV dan tinggal di
Barat Indonesia mempunyai keinginan yang kuat untuk dapat menjelajah bagian
Timur. Walaupun baru hanya sebatas mimpi dan suatu hari nanti berharap dapat
terwujud.
Bicara soal keindahan Timur
Indonesia, seorang teman yang bekerja di wilayah Timur pernah menceritakan dan
mengabadikan perjalanannya ke Tanah Flores. Flores yang berarti bunga menyimpan banyak
keindahan alam dan budaya yang tergores di antara dedaunan hutan.
Flores sendiri identik dengan
kebudayaan Portugis karena pernah menjadi koloni Portugis. Terdapat 8 (delapan)
suku yang ada di Flores:
- Orang Manggarai
- Orang Riung
- Orang Ngada
- Orang Nage Keo
- Orang Ende
- Orang Lio
- Orang Sikka
- Orang Larantuka
Saat ini, saya akan mengulik
sedikit dari Orang Manggarai, khususnya yang berada pada Wae Rebo atau “kampung di atas awan”. Kampung yang terkenal
dengan bangunan Mbaru Niang merupakan salah satu icon di Tanah Flores.
Bangunan tradisional yang
terletak di Barat Daya Kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, Flores, Nusa Tenggara
Timur ini banyak diminati Wisatawan Dalam Negeri maupun Mancanegara. Unsur-unsur
budaya yang masih murni, membawa kampung Wae Rebo menjadi daya tarik setiap
orang.
[
7 MBARU NIANG ]
Mbaru Niang memiliki arti “rumah
drum”, menurut cerita salah satu Mbaru Niang menyimpan drum pusaka yang menjadi
media sakral untuk berkomunikasi dengan nenek moyang.
Kita mengenal bahwa angka 7
(tujuh) adalah kesempurnaan. Di Wae Rebo juga memiliki 7 Mbaru Niang, tidak
boleh lebih dan tidak kurang. Bangunan seperti kerucut, beratapkan ijuk ini
memiliki ketinggian sekitar 15 meter. Bentuknya melingkar diyakini melambangkan
persaudaraan yang tidak putus dengan leluhur.
Selain sebagai tempat tinggal,
rumah adat tradisional ini dijadikan sebagai tempat pertemuan dan ritual. Mbaru
Niang ditempati enam sampai delapan keluarga. Berikut bagian dari rumah adat
dan fungsinya:
- Tingkat Pertama (Lutur): Tempat tinggal keluarga.
- Tingkat Kedua (Lobo): Tempat bahan makanan
- Tingkat Ketiga (Lentar): Menyimpan benih tanaman
- Tingkat Keempat (Lempa Rae): Lumbung menyimpan makanan/stock makanan.
- Tingkat Kelima (Hekang Kode): Tempat menyimpan Langkar atau anyaman bambu untuk menyimpan sesajen untuk persembahan leluhur.
Salah satu nilai-nilai budaya
yang masih kental di Wae Robo adalah semangat gotong royong. Apabila Mbaru
Niang mengalami kerusakan maka seluruh warga desa bekerja sama untuk
memperbaiki dan membangunnya kembali.
Mbaru Niang dikelilingi oleh lahan
yang luas dan hijau serta dihiasi dengan bukit-bukit nan indah. Udara pagi di
Wae Robo terasa sangat sejuk. Setiap pengunjung akan disajikan keindahan alam
yang masih sangat murni jauh dari jamahan tangan manusia.
[
TAK BOLEH SELFIE SEBELUM PENYAMBUTAN
]
Para wisatawan yang terkagum-kagum
dengan keindahan desa Wae Robo, tidak boleh langsung mengambil foto sebelum
dilakukan upacara penyambutan. Acara penyambutan oleh warga desa disebut dengan
Pau Wae Luu.
Ritual penyambutan ini bertujuan
agar roh leluhur mengizinkan serta melindungi setiap tamu yang berkunjung ke
desa tersebut. Hal ini dilakukan karena bagi masyarakat Wae Robo, pengunjung
dianggap sebagai saudara yang pulang kampung.
Kepala adat juga memberikan
saran kepada setiap pengunjung untuk tidak melakukan hal-hal yang dianggap tabu
selama berada di Wae Robo. Disamping itu, pengunjung di larang mengeluarkan
kalimat ‘kotor’ serta membuka alas kaki setiap masuk ke dalam Mbaru Niang.
Bagi para pengunjung dapat
menikmati keindahan bintang di alam terbuka di malam hari. Begitu pula
beristirahat/tidur beralaskan tikar dari anyaman daun pandan.
[
PETANI KOPI & PETENUN KAIN CURA ]
Masyarakat Wae Robo merupakan
petani kopi. Kopi jenis Arabica, khas Flores sangat populer dan nikmat. Para Ibu
akan menyajikan kopi kepada setiap pengunjung.
Di samping itu, para Ibu di Wae
Robo menenun kain cura menjadi
songket tradisional. Kain cura
sendiri memiliki motif khas Flores dengan dominasi warna cerah.
[
KEARIFAN LOKAL WAE ROBO ]
Berikut beberapa kearifan lokal
yang sampai saat ini terus dipertahankan masyarakat Wae Robo adalah:
- Nilai gotong royong masyarakat dalam membangun atau menyelesaikan pekerjaan.
- Nilai musyawarah mufakat dalam menyelesaikan masalah warga Wae Robo.
- Nilai kekeluargaan yang tinggi karena masih satu garis keturunan dan leluhur.
- Masyarakat masih tergantung dengan alam sehingga masyarakat sangat menjaga alam di sekitar Wae Robo.
- Melestarikan dan menjaga rumah adat tradisional Mbaru Niang.
- Penyambutan tamu dengan ritual dan menganggap sebagai saudara yang pulang kampung.
- Desa Wae Robo, tidak memiliki signal handphone, sehingga cukup sulit terpengaruh oleh budaya asing.
- Masyarakat desa Wae Robo selalu berusaha memperkenalkan budaya-nya kepada dunia.
[
MENAPAK KAMPUNG DI ATAS AWAN ]
Secara geografis Wae Robo
terletak di atas ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut. Untuk sampai ke
sana dibutuhkan tenaga ekstra. Saya percaya bahwa Ring of Fire Adventure (RoFA) dalam melakukan perjalanan ke Wae
Robo sudah meng-eskplore budaya
masyarakat Wae Robo lebih mendalam.
Lokasi Wae Robo merupakan
daerah terisolasi dan berada di balik hutan. Berdasarkan pengalaman teman,
berikut cara untuk sampai ke tujuan:
- Pertama, perjalanan dari Labuan Bajo menuju Ruteng. Kemudian dapat menggunakan rental motor/ojek sampai ke Dintor. Kemudian dilakukan perjalanan menyusuri hutan menuju Wae Robo. Sudah disediakan tanda pengarah jalan dan pos menuju desa tersebut.
- Kedua, menggunakan perahu dari Labuan Bajo ke pesisir Nangali selanjutnya menyebrang ke Pulau Mules dan perjalanan ke Denge.
- Ketiga, dengan truk kayu yang melintasi Desa Pela, Todo, Dintor dan Denge.
- Keempat, dari Bali menuju Labuan Bajo dan jalan darat sekitar 6-7 Jam ke Denge, Denge desa yang paling dekat dengan Wae Robo, dari Denge menuju Wae Robo jalan kaki sekitar 4 Jam.
Menurut teman saya bahwa
mencapai Wae Robo sangat sulit, dibutuhkan kesabaran dan perjuangan. Namun, ketika sudah sampai di sana, maka
semua keletihan hilang sekejab karena di sambut dengan pemandangan yang indah
dan kehangatan masyarakat Wae Robo.
Kearifan lokal yang begitu murni membuat kita ingin kembali ke Wae Robo. Salah satu pesan Ketua Adat untuk terus melestarikan alam, adat, budaya dan Tanah Flores. Hal ini ditujukan untuk Indonesia Timur yang lebih baik.
Kearifan lokal yang begitu murni membuat kita ingin kembali ke Wae Robo. Salah satu pesan Ketua Adat untuk terus melestarikan alam, adat, budaya dan Tanah Flores. Hal ini ditujukan untuk Indonesia Timur yang lebih baik.
Wae Robo adalah bagian dari kekayaan Indonesia. Namun, banyak lagi kekayaan yang tersembunyi di wilayah Timur Indonesia, baik suku, budaya, wisata kuliner, wisata alam dan kearifan lokal. Untuk menggali semua kekayaan tersebut, dibutuhkan penjelajah yang tangguh seperti Youk Tamzil dan keluarga dalam Ring of Fire Adventure (RoFA).
Penjelajahan Ring
of Fire Adventure (RoFA) menjadi tontonan Kompas TV yang mengedukasi seluruh mata masyarakat Indonesia. Dengan
harapan kelak saya dapat ke timur (return to the east) menapak di Wae
Robo. Kalaupun belum terwujud setidaknya sudah menikmati secara visual di Kompas TV.
Eksotis wilayah Timur memang
tiada duanya, anugerah Sang Pencipta yang sudah sepatutnya menjadi dokumenter.
Sehingga kelak menjadi oleh-oleh yang sulit dilupakan oleh generasi
selanjutnya.
We are many, we are one. Salam Ekspedisi…
Narasumber :
1. Kompas TV (Ring Of Fire Adventure Indonesia)
2. Yan Emersan Sembiring
Tulisan ini diikutsertakan dalam Gramedia Blogger Competition x Kompas TV
2 comments
mantafff mbaa kampung diatas awannya..hehhe...seru kayanya klo kesaanaa...pengenn ihhhh....
ReplyDeletesalam blogger mbaa
Salam blogger mas 😀
DeleteDear All,
Terima kasih sudah meninggalkan jejak positif di kolom komentar. Mohon untuk tidak meninggalkan link hidup. ^_^